PERKEMBANGAN PROGRESIF PADA
GENERASI-GENERASI SELANJUTNYA
Perubahan,
alih-alih perkembangan, di anggap sebagai pengendali hubungan antargenerasi.
Sebuah ucapan yang di nisbatkan kepada
plato mengandung nasihat edukatif berikut kepada orangtua: “anak-anakmu
dilahirkan untuk zaman yang berbeda dari zamanmu. Karena itu, janganlah paksa
mereka memakai adab yang dengannya kamu di didik.”
Perbedaan
waktu dan tempat di akui berpengaruh terhadap apresiasi puisi: “ada
perbedaan-perbedaan dalam situasi dan kondisi(maqamat), masa dan negeri. Pada
waktu tertentu, sebagian(puisi) sangat di hargai, yang di waktu yang lain sama
sekali tidak di hargai. Para penghuni situ negeri menyukai pa yang tidak
disukai oleh penghuni negeri lainnya”.
Akan
tetapi, konsep perkembangan intelektua yang maju dari satu generasi kegenerasi
tidak sama sekali asing bagi pemikirin muslim.paling tidak satu orang pemikir
orisinal muslim, yaitu abu bakr ar-razi, merasa yakin bahwa sejarah filsafat
sejati adalah pembangunan berkelanjutan pada fondasi yang di letakkan oleh
generasi-generasi filosop terdahulu.
Pandangan-pandangan
menyangkut pertumbuhan pemahaman filosofis ini telah dilestarikan dalam sebuah
polemik melawan dokter-filosof tersebut oleh tokoh semasa dan senegerinya
sendiri, yaitu abu hatim.
Konsep
sosilogis ibn khaldun tentang sejarah memberika ruang bagi evolusi progresif.
Menurut ibn khaldun, kehidupan badui yang primitif mengalah kepada peradaban
yang lbih maju. Tetapi pada titik ini perkembangan berhenti, dan transisi dari
kehidupan badui ke kehidupan bermukim tampak berulang secara kontinu. Dengan
demikian teori ibn khaldun memiliki keserupaan umum dengan
penafsiran-penafsiran modern tertentu tentang sejarah, namun ia hampir-hampir
tidak mewakili konsep positivis tentang perkembangan progresif.
Dalam
pengobatan maupun alkemi, konsep perkembangan progresif bukannya sama sekali
tidak dikenal. Ibn masawayh dikatakan telah menyatakan bahwa dibandingkan
dengan hippocrates dan galen, dia telah membuat kemajuan besar dalam
pengetahuan tentang obat-obatan.
Kesempuranaan,
dalam pengertian yang termuat dalam pernyataan bahwa aristoteles telah
menyempurnakan plato, dan galen menyempurnakan hippocrates, dipandang ciri
utama perkembangan progresif dalam susul menyusulnya generasi.
KESALINGTERGANTUNGAN
ANTARPERADABAN
Imperium muslim
terdiri dari banyak bangsa yang beraneka. Kontak yang erat di antara mereka
memberikan kesempatan yang baik bagi berkembangnya berbagai spekulasi tentang
kesalingterkaitan di antara warisan budaya mereka.satu pihak yang ekstrem dalam
pergumulan ini diwakili oleh para pendukung supremasi intelektual arab. Teori
mereka didasarkan pada asumsi bahwa wahyu yang diterima oleh sang nabi arab
arab adalah sumber semua pengetahuan sejati. Pihak ekstrem yang lain diwakili
oleh mereka yang bersikukuh mengenai watak unggul peradaban-peradaban lainnya,
semisal peradaban persia.
Abad
keempat menyaksikan tumbuh suburnya teori hikmah abadi yang membuka jalan bagi
rekonsiliasi kedua ekstremitas nasionalisme intelektual tersebut. Teori ini
mengemukakan kesatuan esensial semua peradaban, sebagai konsekuensi alamiah
dari kesatuan akal manusia.
Hikmah abadi, yang dalam bahasa
persianya jawidan khirad, adalah judul programatik dari sebuah karya miskawayh.
judul jawidin khirad dipilih dengan tujuan untuk menginformasikan kepada
pembaca bahwa akal semua bangsa adalah sama.anggota-anggota lain dari aliran
ini pemikiran ini misalnya adalag ar-razi, dan ikhwan ash-shafa, yang tidak
asing lagi bagi miskawayh.
Dalam
islam, doktrin hikmah abadi membawa
kepada upaya mendemonstrasikan bahwa para penyair pra islam maupun masa islam
awal sama-sama mengenal ajaran yang bekembang jauh lebih belakangan dari masa
mereka sendiri.
Perbedaan-perbedaan
jelas antara berbagai peradaban tidaklah menggugurkan validitas ajaran hikmah abadi. Hikmah yang sama
menyatakan dirinya pada berbagai bangsa dalam berbagai bagian tubuh manusia.
Abu sulayman as-sijistani dilaporkan telah mengatakan: hikmah mewujudkan
dirinya dalam kepala orang byzantium, hati orang persia dan tangan orang cina.
Orang byzantium
mengembangkan ilmu pengebotan, astronomi, musik dan melukis. Lukisan-lukisan
mereka begitu bagus hingga orang bisa mengenali orang yang gambarnya pernah
dilihatnya.orang persia mempunyai kecerdasan dan pemahaman.ilmu kenegaraan
mereka sangat mengagumkan. Mereka ahli dalam mengelola masalah-masalah
keilmuwan maupun masalah praktis. Orang yunani mempunyai akal yang sangat cemerlang.
Mereka tidak mau berpusing-pusing terjun ke dalam kegiatan perdagangan.
Orang cina adalah
tukang. Mereka terampil dalam apapun yang mereka tangani. Orang india tahu ilmu berhitung, astronomi, tulisan
india, rahasia pengobata, penyembuhan penyakit-penyakit yang berbahaya, sihir,
dan seni halunisi magis. Orang turki
serupa dengan orang arab dalam dua hal: mereka mampu meramalkan masa depan dari
jejak-jejak dan mereka mempunyai pengetahuan yang luas tentang peperangan dan
senjata. Orang turki melebihi semua bangsa dalam pengetahuan tentang
penyembuhan penyakit pada kuda dan latihan fisik.
Teori-teori mengenai
kesalingtergantungan di antara peradaban-peradaban dengan demikian menjadi
senjata ampuh dalam pergumulan internal muslim untuk merebut kekuasaan. Akan
tetapi, ada juga kepentingan kesarjanaan yang besar dalam persoalan utang budi
peradaban muslim kepada yunani, persia dan india.
Persoalaan utang budi
peradaban muslim kepada peradaban yunani sekali lagi menjadi bahan diskusi yang
hangat di masa depan karena dampak? Perang salib, dan ia tetap menjadi topik
yang baik yang diperdebatkan selama kira-kira tiga ratus tahun. Tidaklah
mungkin bagi sarjana muslim untuk memastikan dengan persis utang budi perdaban
muslim kepada peradaban persia.agama kristen mengabaikan kaian-kajian ilmiah,
namun karya-karya penting di lestarikan dan dihidupkan kembali dalam islam.
Konsep perkembangan
progresif tidak begitu menonjol dalam teori-teori tentang kesalingtergantungan
peradaban ini. Teori-teori ini menyiratkan adanya unsur perubahan tertentu,
yang bisa berarti peningkitan maupun kemerosotan.
Dalam kasus pertama,
adalah mungkin untuk mengasumsikan adanya perkembangan progresif. Akan tetapi, jauh lebih mudah untuk mengasumsikan
bahwa di suatu waktu tertentu akal manusia dalam bentuknya yang paling murni
telah mengungkapkan dirinya pada satu individu tertentu yang membawa sains
sedekat mungkin dengan kesempurnaan mutlak sejauh yang bisa dicapai oleh
manusia.
Dalam kasus kedua,
keyakinan apa pun akan adanya perkembangan progresif bisa dengan mudah
dikesampingkan, dan segala sesuatu dapat dijelaskan sebagai hasil campur ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar