MAKALAH MANAJEMEN
KESISWAAN
(Kelompok Belajar
Berdasarkan Kemampuan Yang Berbeda)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
MAKTALASARI
HASIBUAN
MPI
-1
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
SUMATERA UTARA
2013
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
...................................................................
DAFTAR
ISI..............................................................................
BAB
I PENDAHULUAN............................................
A.Latar
belakang
B.
Rumusan masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A.Pengertian
belajar
B.Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
C. Prinsip-prinsip
belajar
D. Pengertian
kelompok belajar
E. Cara
membentuk kelompok belajar
F. Memaksimalkan
pemanfaatan sumber belajar
G. Lembar
kerja murid
H. Hakikat
belajar kelompok
I. Pembentukan
belajar kelompok
J. Faktor-faktor
yang harus di perhatikan dalam belajar kelompok
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... ...................
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang serta segala puji dan syukur kepada-Nya yang telah
memberikan rahmat, taupik, dan hidayah-Nya, Tak lupa pula shalawat serta salam
kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman. Sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul” kelompok
belajar berdasarkan kemampuan yang berbeda
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam menulis, menyampaikan
kepustakaan yang sekiranya perlu perbaikan dari pembaca. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempunaan makalah ini mendatang
baik dari penbaca maupun dosen pembimbing.
Demikian kata pengantar dari penulis, semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai mana mestinya, semoga
kita semua mendapatkan faedah dan diterangi hati dalam setiap menuntut ilmu
yang bermanfaat untuk dunia dan akherat, terima kasih banyak atas perhatian bapak dosen.
Mei,
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Usaha-usaha guru dalam
membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu
pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran
merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005),
model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat
tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah
model pembelajaran kooperatif.
B. Rumusan Masalah
Dengan
berpijak kepada latar belakang diatas, maka permasalahan yang ingin diungkap
dalam tulisan ini, sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan kelompok belajar
berdasarkan kemampuan yang berbeda?
- Jelaskan cara pembentukan kelompok!
- Apa yang dimaksud dengan belajar kelompok?
BAB II
PEMBAHASAN
kelompok
belajar berdasarkan kemampuan yang berbeda
A. Pengertian
Belajar
Selama hidupnya, manusia selalu
menghadapi tantangan dan hambatan agar dapat menjawab tantangan dan hambatan
tersebut, maka manusia peflu belajar selama hidupnya. Menurut pendapat
tradisional belajar berarti menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
Dari pengertian ini yang dipentingkan adalah pendidikan inteIektual. Anak
diberi berbagai macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuan yang
dimilikinya. Untuk memperjelas uraian di atas dapat diikuti pendapat dari
beberapa ahli diantaranya adalah : Oemar Hamalik (1983) menyatakan : “Belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.” Dari keterangan di atas perlu diingat, bahwa tidak semua perubahan
yang terjadi pada individu karena belajar, misalnya: pertumbuhan fisik, kematangan atau hal-hal
yang bersifat sementara misalnya kelelahan, karena minum obat, karena penyakit
dan lain sebagainya.
WS. Winkel (1991) menyatakan: “Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ,keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatifkonstans dan berbekas.”
WS. Winkel (1991) menyatakan: “Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ,keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatifkonstans dan berbekas.”
Arief. S. Sadikin dkk. (1984)
menyatakan: Seorang telah belajar kalau terdapat perubahan-perubahan tingkah
laku pada dirinya. Perubahan-perubahan itu hendaknya terjadi akibat interaksi
dengan lingkungan, tidak karena perubahan fisik, tidak karena pengaruh obat dan
juga karena kedewasaan. Kecuali itu perubahan-perubahan tersebut harus bersifat
permanen , tahan lama dan menetap dan tidak berlangsung sesaat saja” Sumadi
Surya Brata (1971: 3) menyatakan :
1. Bahwa
belajar itu membawa perubahan (dalam arti behaveioral changes, aktual maupun
potensial)
2. Bahwa
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti
kenntnis dan fertingkeit).
3. Bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)
Dari berbagai pendapat diatas dapat
ditarik suatu pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses psikologi yang
berlangsung dalam interaksi aktif antara sobyek didik dengan lingkungan dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, ketrampilan
serta nilai-nilai sikap yang konstan. Dengan demikian dapat dicatat tiga elemen
penting dalam belajar, yaitu perubahan tingkah laku, latihan atau pengalaman
dan elemen konstan. Belajar merupakan suatu proses yang melibatkan aspek-aspek
“sosiopsiko pisik”, dalam upaya mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya
perubahan-perubahan tingkah laku tersebut, maka siswa harus berinteraksi secara
aktif dengan lingkungannya. Dengan demikian terjadinya perubahan tingkah laku
tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu siswa dan lingkungan.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar.
Dalam kegiatan belajar akan terjadi
interaksi antara siswa dengan lingkungan sehingga belajar merupakan suatu
proses atau aktifitas. Agar dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang
diharapkan maka perlu memperhatikan faktor-faktor apa yang terdapat dalam
belajar. Bimo Walgito (1986) menyatakan “faktor anak atau individu yang
belajar, faktor lingkungan serta bahan atau materi yang dipelajari” (h. 123).
Adapun penjelasan dari masing-masing faktor sebagai berikut :
1.
Faktor anak atau individu yang
belajar.
Faktor individu merupakan faktor yang
penting meskipun faktor¬faktor yang lain telah memenuhi persyaratan, tetapi
jika individu tersebut tidak memiliki kemauan belajar, maka proses belajar
tidak akan terjadi. Selanjutnya faktor anak atau individu ini dapat dibedakan
menjadi faktor fisik atau faktor psikis.
a. Faktor fisik
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang
sehat. Orang yang sedang sakit atau kelelahan, tidak akan belajar dengan
efektif. Cacat tubuh juga akan mengganggu belajar, karena hal ini akan
mempengaruhi kondisi psikologis anak yang sedang belajar. Disamping kondisi
fisik yang umum tersebut, juga tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses
dan hasil belajar adalah kondisi panca indera, terutama indera pengelihatan dan
indera pendengaran. Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau model,
mengamati hasil eksperimen, melakukan observasi, mendengarkan keterangan guru
atau ceramah dan sebagainya hampir tidak terlepas dari indera pengelihatan dan
indera pendengaran.
b. Faktor psikis
Anak didik pada dasamya mempunyai kondisi psikologis
yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadamya. Sehubungan dengan faktor psikis
ini, yang perlu diperhatikan adalah, bahwa anak harus mempunyai kesiapan
menghadapi tugas yang harus dipelajarinya. Kesiapan ini mempengaruhi motif,
minat, bakat, konsentrasi danh sebagainya.
1.
Motif
Motif merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang
mempu mendorong individu untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Motif akan cukup kuat bila individu mempunyai kesadaran akan makna dan
tujuan perbuatannya. Dengan motif yang kuat individu akan cukup berusaha untuk
menghadapi dan menyelesaikan tugas yang telah ditentukan, demikian pula dalam
hal belajar.
2. Konsentrasi
Agar tujuan belajar dapat tercapai, sangat diperlukan
konsentrasi yang baik. Seluruh perhatian harus dicurahkan pada materi yang
harus dipelajari. Jika tidak ada konsentrasi, maka dapat dipastikan bahwa
belajar tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal.
3. Bakat
Bakat adalah sebagai suatu kecakapan seseorang untuk
kekuatan untuk mendapatkan kemahiran pola tingkah laku yang lebih kurangnya
mencakup perbuatan, Sumadi Suryabrata (1984) menyatakan ; bakat adalah sebagai
suatu kondisi, atau sejumlah ciri khusus yang berfungsi sebagai kemampuan
individu untuk mendapatkan kemampuan, ketrampilan, dan sejumlah respon dengan
cara latihan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, bakat adalah kemampuan
individu yang nampak pada tugaslkeahlian atau tingkah laku tertentu dan
merupakan ciri khusus yang mencakup ketrampilan dan perbuatan dan tanggung jawab
untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan melakukan latihan. Bakat
seseorang tidak berdiri sendiri, tetapi masih memerlukan dukungan bakat-bakat
yang lain, misalnya bakat ini bidang tehnik, memerlukan bakat matematika,
bahasa dan lain sebagainya. Apabila individu yang sedang belajar telah memiliki
bakat dan disertai minat dan dilakukan penuh dengan konsentrasi, maka hasil
belajar akan lebih baik.
4. Natural curiousity
Natural curiocity adalah keinginan untuk mengetahui
secara alami. Kalau dalam diri anak sudah terselip rasa ingin tahu, berarti
dalam dirinya telah ada motif untuk mengetahui hakekat dari mata pelajaran yang
dipelajarinya.
5. Balance personality
Balance personality adalah pribadi yang seimbang, bila
individu telah memiliki pribadi yang seimbang, maka individu tersebut akan
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitamya dengan baik, demikian
pula dengan sebaliknya. Jika pribadinya terganggu terutama dari segi emosi,
maka akan mempengaruhi dirinya dalam menghadapi segala persoalan, termasuk
dalam belajar, sehingga hasil yang dicapai juga kurang memuaskan
C. Prinsip-prinsip Belajar.
Didalam kegiatan belajar haruslah terjadi proses
interaksi. Proses interaksi ini tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa
saja, akan tetapi juga terjadi antara siswa dengan siswa yang lain atau juga
terhadap sumber belajar yang lain. Seperti diketahui bahwa sumber belajar tidak
hanya guru saja melainkan teman, orang tua, buku, laboratorium dan sebagainya.
Disamping belajar hams berinteraksi secara aktif, maka kondisi awal siswa juga
perlu mendapatkan perhatian, mengingat hal tersebut juga berperan dalam
kegiatan belajar. Kondisi awal ini juga sering disebut “faktor situasional”
yang meliputi: sosial ekonomi, politik, keadaan musim/iklim dan juga termasuk
kondisi pengelolaan sekolah. Disamping memperhatikan faktor-faktor di atas,
maka seseorang dalam melakukan k egiatan belajar haruslah memperhatikan
prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip ini harus dipegang teguh dan hams ada
pada setiap kegiatan belajar mengajar. Suhamo (1991: 50-51). merumuskan
prinsip-prinsip belajar meliputi:
¨ Belajar adalah proses interaksi secara aktif.
¨ . Belajar
harus ada motivasi.
¨ Belajar hams bertujuan.
¨ Belajar memerlukan bimbingan.
¨ Belajar harus kritis dan berkonsep.
¨ Belajar
perlu pemahaman.
¨ Belajar memerlukan latihan/ulangan.
¨ . Belajar
harus disertai keinginan/kemauan
¨ . Belajar
harus berkonsentrasi
¨ Belajar
harus sanggup menstranfer
Dengan memperhatikan berbagai
prinsip diaras, maka seseorang yang melakukan kegiatan belajar haruslah terjadi
secara interaktif antara siswa dengan subyek didik, perlu adanya motivasi baik
intrinsic maupun ekstrinsik, mengarah pada apa yamng dikehendaki atau tujuan
diperlukan bimbingan baik dari guru, teman atau sumber belajar lain, dilakukan
secara aktif dan berkonsep, dan harus diikuti dengan kemauan yang keras untuk
mampu mengatasi berbagai kesulitan, memahami persolan, diulang-ulang untuk
memperoleh kemahiran disertai konsentrasi terhadap apa yang dipelajari dan
akhimya selesai belajar harus mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, seseorang yang
telah selesai melakukan kegaiatan belajar, tetapi hasil yang dicapai belum
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka haruslah melihat kembali tentang
prinsip-prinsip belajar tersebut diatas dan prinsip mana yang belum terlibat
dalam kegiatan belajar yang harus diperhatikan agar semua prinsip tersebut
telah dilibatkan, sehingga hasil belajar akan lebih dapat memenuhi harapan.
D. Pengertian kelompok belajar
Kelompok belajar merupakan salah satu
forum atau tempat untuk melakukan belajar mandiri, karena dalam kelompok
belajar murid dapat berlatih dan bekerja bersama, saling membantu dalam belajar
dan saling mendorong atau memberi semangat dalam belajar. Kelompok belajar
menjadi sangat penting karena tidak selamanya dapat bersama murid-murid di
satu kelas. Guru kadang-kadang harus pergi ke kelas lain untuk membelajarkan
kelas tersebut. Pada saat itulah kelompok belajar menjadi sangat penting.
Kelompok belajar adalah sekumpulan murid yang terdiri dari beberapa orang(5-6
orang) yang diorganisasiakn untuk mencapai tujuan belajar secara bersama dan
dalam waktu yang telah ditetapkan (dimodifikasi dari J. Snyder, 1986 : 211).
E. Cara membentuk kelompok belajar
Kelompok belajar dibentuk dengan maksud
untuk membuat murid-murid aktif belajar secara mandiri agar mencapai hasil belajar yang diharapkan. Kelompok belajar dibentuk sesuai dengan kebutuhannya.
1. Kelompok belajar berdasarkan persamaan
kemampuan.
Dalam kelompok belajar ini murid-murid
dikelompokkan berdasarkan tingkatkemampuannya. Contoh: Kelompok A terdiri dari
murid-murid yang berkemampuan cepat, kelompok B terdiri dari murid-murid yang
berkemampuan sedang, dan kelompok C terdiri dari murid-murid yang lambat.
Keuntungan dari kelompok belajar seperti ini adalah sebagai berikut:
a. memungkinkan murid-murid bekerja sama
dengan tingkat kemampuan yangsama. Yaitu cepat, sedang dan lambat.
b. memudahkan guru untuk memberikan materi
dan tugas-tugas sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan murid
tersebut.Setiap murid dalam kelompok tersebut diberikan materi dan tugas-tugas
yangsama, tetapi untuk setiap kelompoknya dapat diberikan tugas yang berbeda
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Keuntungan dari pengelompokan belajar
seperti ini
c. Murid memperhatikan dan dapat menangkap
gagasan atau pendapat orang lain.
d. Menanyakan pada murit lainnya apakah
mempunyai gagasan.
e. Berikan alasan untuk setiap gagasan ,
dan diskusikan bila ada gagasan yangberbeda.
f. Mendorong murid – murit untuk bertanya.
F. Memaksimalkan pemanfaatan sumber belajar
Tentu Anda masih ingat bahwa belajar
kelompok merupakan forum atau tempat untuk belajar mandiri. Dalam belajar
kelompok juga dapat melatih dan bekerjasama, saling membantu dan mendorong
belajar. Setelah Anda mengetahui prinsip belajar mandiri bagi murid, sebagai
guru Anda juga harus memahami konsep tentang “mandiri dalam mengajar”. Dalam
konsep mandiri dalam mengajar Anda dituntut untuk tidak terlalu tergantung pada
cukupnya jumlah guru, lengkapnya fasilitas mengajar, memadainya buku paket dan
sebagainya. Mandiri dalam mengajar berarti juga guru harus penuh inisiatif dan kreatif untuk menciptakan berbagai kemungkinan agar murid tetap
belajar dengan baik. Prinsip mandiri adalah menciptakan berbagai situasi
belajar mengajar yang terlepas dari ketergantungan terhadap alasan serba
kekurangan tadi. Sekolah dan guru dapat berhubungan dengan lingkungannya, dan
sumber belajar yang lain yang dapat digunakan oleh murid-murid sebagai sumber
belajar. Guru dapat mengungkap, menggali dan memanfaatkan kekayaan alam yang
serba melimpah untuk menunjang pendidikan. Yang menjadi persoalan sekarang
adalah bagaimana Anda dapat menggunakan sumber belajar dengan sebaik-baiknya.
Nah, sekarang Anda diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar, memberikan tuntunan dalam mengkaitkan antara kurikulum
dengan lingkungan sehari-hari, serta membuat variasi metode mengajar agar tidak
terjadi kebosanan. Hal ini penting karena guru berhadapan dengan murid dari
berbagai jenis latar belakang, tingkat kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda
pula. Oleh karena itu dalam menggunakan sumber belajar, metode mengajar dan
pendekatan lainnya harus haus disesuaikan disesuaikan dengan kebutuhan. Agar
guru dapat memanfaatkan sumber belajar, salah satunya adalah dengan cara
mengaktifkan murid untuk bekerja. Lembar Kerja Murid (LKM) merupakan sarana
untuk mengaktifkan murid-murid untuk belajar secara mandiri atau kelompok.
Tentunya Anda sudah sering memberi tugas kepada murid, namun sebagian besar
tugas yang Anda berikan adalah untuk mengerjakan soal. Sekarang mari kita coba
memberi penugasan dengan memanfaatkan LKS.
G.
Lembar Kerja Murid
LKM merupakan panduan untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diberikan, misalnya melakukan pengamatan ,percobaan, demonstrasi
dan simulasi. LKM ini berisi tuntunan langkah-langkah dalam melakukan pengamatan,
percobaan, demonstrasi atau simulasi. Kegiatan yang dituntut adalah mulai
persiapan, proses pelaksanaan, hasil dan cara mengevaluasinya
H. Hakikat Belajar Kelompok
1. Pengertian Belajar Kelompok
Belajar kelompok merupakan kegiatan
belajar yang diikuti lebih dari satu orang, dalam memecahkan masalah yang
dihadapi bersama untuk melakukan perubahan-perubahan bersifat pengetahuan,
keterampilan maupun nilai sikap untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok belajar. Fred Percival & Henry Ellington (1988 78) menayatakan ;
“Belajar kelompok adalah suatu tehnik yang dapat dieprgunakan untuk
meningkatkan mutu belajar secara kelompok.
Dari uraian diatas dapat diambil
suatu pengertian, bahwa belajar kelompok adalah suatu tehnik yang dapat
dipergunakan oleh sekelompok individu yang sedang belajar untuk melakukan
perubahan¬perubahan baik pengetahuan maupun keterampilan serta nilai sikap
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam belajar.
I. Pembentukan
Belajar kelompok.
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan
dalam pembentukan belajar kelompok antara lain : berdasarkan kemampuan siswa,
berdasarkan teman bergaul dan berdasarkan kesamaan minat dan bakat. Adapun
alasan -alasan tiap-tiap system dapat diikuti uraian sebagai berikut :
- Pembentukan kelompok berdasarkan tingkat kemampuan
berbeda.
Pembentukan belajar kelompok berdasarkan tingkat kemampuan ini, siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dibagi dan disebar keseluruh kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu belajar siswa -siswa yang berkemampuan sedang dan rendah. Pembentukan kelompok berdasarkan tingkat kemampuan ini, harus dibuat oleh guru atau pembimbing, sebab kalau hal itu disusun oleh siswa sendiri, maka siswa yang pandai cenderung memilih teman-teman yang berkemampuan tinggi, agar mereka lebih memperoleh kemudahan dalam memecahkan masalah dalam belajar.
Pembentukan belajar kelompok berdasarkan tingkat kemampuan ini, siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dibagi dan disebar keseluruh kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu belajar siswa -siswa yang berkemampuan sedang dan rendah. Pembentukan kelompok berdasarkan tingkat kemampuan ini, harus dibuat oleh guru atau pembimbing, sebab kalau hal itu disusun oleh siswa sendiri, maka siswa yang pandai cenderung memilih teman-teman yang berkemampuan tinggi, agar mereka lebih memperoleh kemudahan dalam memecahkan masalah dalam belajar.
- Pembentukan
kelompok belajar berdasarkan kesukaan dalam bergaul.
Pembentukan kelompok berdasarkan
kesukaan dalam bergaul akan bermanfaat sekali dalam kegiatan belajar kelompok.
Hal ini didasrkan bahwa setiap individu dalam kelompok akan mendapatkan
kebebasan untuk melakukan interaksi dalam belajar. Dalam hal ini setiap
individu kelompok lebih terbuka dalam menyampaikan berbagai kesulitan yang
dihadapi. Keterbukaan ini karena keakraban mereka dalam bergaul dalam setiap
harinya, sehingga dalam kelompok tersebut terjadi hubungan erat yang saling
membantu dan saling membutuhkan. Dalam pembentukan kelompok belajar berdasarkan
kesukaan bergaul ini, kelompok disusun oleh siswa sendiri sebab yang mengetahui
teman akrab dalam bergaul adaalah siswa-siswa itu sendiri. Namun demikian, guru
harus memperhatikan apabila secara kebetulan kelompo itu tersusun dari teman
bergaul yang tingkat kemampuannya rendah, maka akan dapat menghambat slswa
dalam kelancara belajar, dan sebaliknya apabila secara kebetulan terbentuk dari
kelompok teman bergaul yang taraf kemampuannya tinggi justru akan memperlancar
dalam proses belajar, sebab dalam kelompok tersebut akan muncul kecenderungan
aktivitas belajar untuk bersaing.
- Pembentukan kelompok belajar atas
dasar minat dan bakat.
Dalam pembentukan kelompok belajar
berdasarkan minat dan bakat ini akan lebih efektif. Sebab minat merupakan suatu
bentuk kecenderungan yang terdapat pada individu untuk melakukan sesuatu guna
mencukupi atau memenuhi kebutuhan mereka. Dengan adanya minat pada setiap
individu maka baakat-bakat yang ada pada setiap individu akan berkembang dengan
baik. Kalau hal itu dilakukan dalam sekelompok individu yang mempunyai minat
dan bakat yang sama, maka akan dapat menhasilkan kegiatan belajar yang lebih
sempuma. Sebab dengan adanya minat yang sama berarti setiap individu telah
termotivasi oleh dirinya, sehingga akan timbul semangat belajar yang tinggi dan
dapat menghasilkan pre stasi belajar yang tinggi pula. Dengan adanya bakat yang
sama, maka dalam kelompom tersebut juga akan memperoleh keahlian yang sama.
Dalam pembentukan kelompok belajar berdasarkan minat dan bakat yang sama ini, kelompok haruslah disusun oleh guru, sebab yang lebih mengetahui minat dan bakat dari setiap individu siswa adalah guru. Oleh karena itu, sebaiknya diawal Tahun Pelajaran baru, siswa yang baru masuk dikelas satu perlu diadakan tes bakat dan minat agar hasilnya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar.
Dalam pembentukan kelompok belajar berdasarkan minat dan bakat yang sama ini, kelompok haruslah disusun oleh guru, sebab yang lebih mengetahui minat dan bakat dari setiap individu siswa adalah guru. Oleh karena itu, sebaiknya diawal Tahun Pelajaran baru, siswa yang baru masuk dikelas satu perlu diadakan tes bakat dan minat agar hasilnya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar.
J. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Belajar
Kelompok
Keberhasilan dalam belajar secara kelompok sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain materi yang dipelajari, adanya suatu perintah yang jelas dan tegas, petunjuk yang jelas dan tepat, kesempatan kelompok dalam memecahkan masalah dan kesempatan pada setiap individu kelompok dalam menyampaikaan pendapat serta gagasan dalam pemecahan masalah.
Untuk lebih jelasnya tentang pengaruh tiap-tiap faktor dapat diikuti uraian sebagai berikut :
Keberhasilan dalam belajar secara kelompok sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain materi yang dipelajari, adanya suatu perintah yang jelas dan tegas, petunjuk yang jelas dan tepat, kesempatan kelompok dalam memecahkan masalah dan kesempatan pada setiap individu kelompok dalam menyampaikaan pendapat serta gagasan dalam pemecahan masalah.
Untuk lebih jelasnya tentang pengaruh tiap-tiap faktor dapat diikuti uraian sebagai berikut :
- Materi atau bahan yang dipelajari
Materi atau bahan yang dipelajari
hendaklah sesuai dengan materi yang pernah atau akan diajarkan atau dengan kata
lain sesuai dengan materi yang telah diprogramkan dalam kurikulum, sehingga
anak / siswa telah termotivasi adanya keinginan atau memperoleh nilai rapot
yang tinggi.
- Perintah yang jelas dan tegas
Perintah yang jelas dan tegas sangat
menentukan lengkah¬langkah yang akan dilakukan oleh kelompok belajar, sehingga
dengan perintah yang tegas dan jelas dapat membantu kelancaran siswa dalam
belajar.
- Petunjuk yang jelas dan tepat.
Petunjuk yang jelas dan tepat akan
menentukan kerangka berfikir anak dalam belajar. Jadi dengan petunjuk yang
jelas dan tepat akan mempercepat anak dalam menyusun kerangka pemikiran anak
dalam belajar. Disamping itu dengan petunjuk yang tepat, sangat menentukan
keberhasilan belajar, sebab siswa bekerja berdasarkan petunjuk yang tepat dan
hasilnya sesuai dengan kehendak dari guru / pembimbing harapkan.
- Kesempatan kepada kelompok.
Perlu diberikan kesempatan kepada
kelompok untuk mengembangkan ide-ide atau penyampaian pendapat guna
penyempumaan atau perbaikan sistem kerja dan hasil kerja kelompok yang lebih
baik.
– Kesempatan terhadap individu yang
tergabung dalam kelompok.
Perlu diberikan kesempatan pada
setiap individu yang tergabung dalam kelompok untuk meningkatkan kreativitas
dalam mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian agar lebih efektif
dalam pelaksanaan tugas.
1. Bentuk-bentuk Tugas Belajar Kelompok
Dalam melakukan bimbingan belajar kelompok dapat
diberikan tugas-tugas antara lain :
a) Tugas membaca buku pelajaran sesuai dengan pokok
bahasan yang telah diprogramkan.
b) Menjawab soal-soal yang telah tersusun sesuai
dengan pokok bahasan yang telah diprogramkan.
c) Malakukan kegiatan praktek di laborat, yang
materinya telah disesuaikan dengan pokok bahasan yang telah diprogramkan.
d) Mendiskusikan masalah yang ada hubungannya dengan
pelajaran yang topiknya disusun mengarah pada tujuan interaksioanal, baik umum
maupun khusus.
Tugas-tugas yang diberikan haruslah mampu mewujudkan
aktifitas yang menggambarkan berbagai prinsip-prinsip belajar, sehingga diakhir
kegiatan siswa akan dapat mentransfer hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Beberapa
komponen keterampilan belajar kelompok
Ada beberapa komponen ketrampilan dalam membimbing belajar kelompok, antara lain:
Ada beberapa komponen ketrampilan dalam membimbing belajar kelompok, antara lain:
1. Menciptakan dan memelihara
suasana kelompok belajar yang optimal.
Untuk menciptakan dan memelihara suasana kelompok belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap:
Untuk menciptakan dan memelihara suasana kelompok belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap:
a. Mudah tanggap: sikap mudah
tangap, siswa akan merasa mendapatkan perhatian dari pembimbing I guru, atas
seluruh kegiatan yang mereka lakukan.
b. Membagi perhatian: Pengelolaan
kelas yang efektif akan ditandai dengan pembagian perhatian yang efektif pula.
Perbuatan membagi perhatian dapat dikerjakan secara fertikal dan verbal.
c. Memperhatikan seluruh kegiatan
kelompok.
d. Memberikan petunjuk yang jelas
dan tegas.
e. Memberikan teguran
f. Memberikan penguatan dan
sebagainya.
2. Mengembalikan suasana belajar yang optimal.
Ketrampilan ini sangat berkaitan guru dalam merespon terhadap berbagai gangguan siswa yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk segera mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
Ketrampilan ini sangat berkaitan guru dalam merespon terhadap berbagai gangguan siswa yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk segera mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Mengidentifikasi tingkah laku siswa.
b) Pengelolaan kelompok.
c) Menemukan dan memcahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
a. Beberapa hal
yang perlu dihindari dalam belajar kelompok
Jangan terIalu banyak campur tangan terhadap tugas yang diberikan pada siswa, sehingga siswa tidak akan selalu menggantungkan segala sesuatunya kepada pembimbing.
Jangan terIalu banyak campur tangan terhadap tugas yang diberikan pada siswa, sehingga siswa tidak akan selalu menggantungkan segala sesuatunya kepada pembimbing.
b. Hindarkan
terjadinya kelengkapan proses kegiatan belajar akibat petunjuk yang berlebihan
atau keterangan yang berbelit-belit, hingga menimbulkan gangguan akibat
perhatian tertuju pada petunjuk dan keterangan.
c. Hindarkan
ketidaktepatan membuka dan menutup bimbingan.
d. Hindarkan
terjadinya penyimpangan, akibat keterangan dan petunjuk dan keterangan yang
berIebihan hingga keluar dari pokok permasalahan.
e. Hindarkan pemberian
tugas yang memerlukan pemecahan yang memerlukan pemikiran yang bertele-tele
hingga menimbulkan dalam proses kegiatan.
f. Jangan
terlalu ban yak memberikan keterangan yang berulang-ulang hingga siswa merasa
jemu mendengarkan.
Masalah
Metode Diskusi
1. Pengertian Diskusi
Suwalni Sukimo (1985) menyatakan”Diskusi ialah suatu
proses dialog yang melibatkan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
verbal dan saling berhadapan muka, mengenal tujuan antara sasaran yang sudah
tertentu, melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau
memecahkan masalah.
Dari uraian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa diskusi merupakan suatu proses dialog yang melibatkan sejumlah individu dan saling berhadap-hadapan untuk mencapai tujuan dengan cara bertukar informasi dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan suatu masalah.
Dari uraian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa diskusi merupakan suatu proses dialog yang melibatkan sejumlah individu dan saling berhadap-hadapan untuk mencapai tujuan dengan cara bertukar informasi dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan suatu masalah.
2. Pengertian
Metode Diskusi
Depdikbud (1994: 13) menyatakan; Metode diskusi adalah
suatu cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang
pemecahannya sangat terbuka. Suwalni Sukimo (1985: 78) menjelaskan ; Metode
diskusi diartikan suatu cara penyajian bahan pelajaran, dengan memberi
kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah
atau menyusun berbagai altematif pemecahan suatu masalah” Dengan memperhatikan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara
penguasaan suatu bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
David,
R. Fred, Konsep Manajemen Strategis,
Edisi VII (terjemahan). (Jakarta, PT Indeks,2004)
Kadarman, A.M. et.al, Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta:
Gramedia,1996)
Rusyan, A. Tabrani, Manajemen Kependidikan. (Bandung: Media
Pustaka. 1992)
Soetopo, Hendiyat dan
Soemant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar